Pemungutan suara pemilu legistatif 2014
tinggal 19 hari lagi. Semua partai politik (parpol) saat ini
menggencarkan kampanye menarik simpati masyarakat untuk menjatuhkan
pilihan suaranya pada 9 April 2014 nanti. Segala upaya dilancarkan
parpol untuk mempromosikan daya tarik dan citranya baik melalui media
mainstream maupun media sosial.
Fenomena pertarungan parpol di media sosial
sudah dilancarkan sejak lama, namun mencapai puncaknya di masa kampanye
ini. Melalui situs politicawave.com yang menganalisis topik
perbincangan politik dari media sosial, diperoleh data menarik untuk
dijadikan diskusi baik oleh para pemilih, kader parpol maupun pimpinan
parpol. Politicawave melacak dan menganalisis perbincangan tentang topic
parpol bahkan sampai pada tingkat wilayah per propinsi. Hasilnya,
politicawave bisa menyajikan posisi parpol dalam perbincangan media
sosial di masing-masing provinsi. Silahkan Anda klik area provinsi yang
ada di kotak “Maps” di politicawave.com. Anda bisa mendapatkan angka
prosentase masing-masing parpol yang menjadi atribut di area propvinsi
tersebut yang menunjukkan seberapa sering mereka menjadi bahan
perbincangan.
Penulis akan menampilkan data hasil olahan
parpol yang menduduki tiga besar di masing-masing provinsi di seluruh
Indonesia. Data perolehan parpol berupa prosentase perbincangan yang
dibagi menjadi empat region besar yaitu 1) Pulau Sumatera, 2) Pulau
Jawa, 3) Pulau Kalimantan dan Sulawesi, 4) Pulau Maluku, Maluku Utara,
Papua Barat, Papua, Bali, NTB dan NTT.
Kita beralih ke Pulau Jawa, dimana suara dan kursi terbanyak berasal dari Region ini. PDIP tetap menjadi partai dengan prosentase terbesar diperbincangkan di media sosial oleh netizen. Peringkat kedua, PKS tetap menguntit PDIP di semua provinsi di Jawa. Tak ada provinsi yang dimenangkan PKS di Pulau Jawa. Peringkat ketiga dihuni oleh Partai Demokrat, sedangkan Golkar juga muncul di Provinsi Banten diurutan ketiga.
Di Region ketiga, yakni Pulau Kalimantan dan Sumatera, posisi pertama tetap dipegang PDIP dan PKS rapat mengikuti dibawahnya. Di semua provinsi PDIP unggul atas partai lain dan hal perbincangan di media sosial. Hal yang unik terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah dimana posisi kedua justru ditempati oleh Partai Kebangkita Bangsa (PKB) sedangkan PKS terlempar dari posisi tiga besar di provinsi ini. Di Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara, Golkar mampu menempatkan diri di posisi ketiga dan kedua. Sementara Partai Demokrat umumnya bercokol di posisi ketiga kecuali di Provinsi Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara dimana mampu bertengger di peringkat kedua.
Region terakhir yaitu Pulau Maluku, Papua,
Bali dan Nusa Tenggara juga menempatkan PDIP sebagai parpol terbanyak
diperbincangkan di media sosial. Di Region ini PKS juga mampu unggul
atas PDIP di dua provinsi yaitu Maluku Utara dan Nusa Tenggara Barat.
Yang cukup mengejutkan, sebagai partai berbasis massa Islam, PKS mampu
menempatkan diri di posisi pertama dan kedua di semua provinsi di region
ini.
Secara umum PDIP dan PKS menjadi partai
juara di media sosial. PDIP dalam beberapa hari terakhir sangat populer
sejak deklarasi Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (Capres).
Banyak kalangan merespon pencapresan Jokowi sehingga menaikkan
popularitas PDIP sebagai parpol asal Jokowi. Pemberitaan Jokowi yang
masif di media mainstream membuat pengguna media sosial secara cepat
menyebarkan berita terkait Jokowi ke berbagai saluran media sosial.
Jokowi effect penulis yakini sagat berpengaruh dalam meningkatkan jumlah
perbincangan tentang topic PDIP di dunia maya.
Bagaimana dengan PKS? Partai yang jarang
beriklan di media mainstream ini sangat “ngotot” memainkan perang di
media sosial. Aksi memutihkan Gelora Bung Karno (GBK) pada kampanye
perdana PKS pada 16 Maret 2014 diduga memberi kontribusi bagi pendukung
PKS untuk membuat topik tentang PKS dan menyebarluaskannya di media
sosial. Orasi dan aksi Presiden PKS, Anis Matta di panggung sangat
mungkin menjadi topik yang banyak di-share oleh pendukung PKS. Bila PDIP
memiliki Ksenjata Jokowi Effect, mungkin PKS memakai Anis Matta untuk
bersaing. PKS memang tidak mampu menguasi opini di media mainstream
seperti Jokowi dan PDIP, tapi cukup efektif memanfaatkan media sosial
dalam “berkampanye”. Hasilnya, seperti yang dirilis oleh politicawawe
dalam bentuk garfik yang penulis sajikan diatas.
Bahkan PKS mampu mengungguli PDIP menurut analisa Mesin Awesometrics. Republika online merilis berita berjudul PKS ‘Putihkan’ Media Sosial. Republika menyebutkan :
“Peneliti Awesometrics Ridho Rahman
mengatakan di Facebook dan Twitter penyebutan ‘Partai Keadilan
Sejahtera’ dengan jargon utama “PKSM3NANG” mendominasi media sosial pada
Ahad (16/3). Mesin Awesometrics menghitung perolehan PKS sebanyak
63.542 kali penyebutan di dua ranah media sosial ini. Pesaing
terdekatnya, PDI Perjuangan hanya meraih 10.315 dan Partai Golkar
mengantongi 8.202 percakapan,” kata Ridho dalam siaran persnya kepada Republika, Rabu (19/3).
Media sosial saat ini menjadi penyeimbang
bagi media massa yang mendominasi isu pemberitaan yang muncul di
mayarakat seperi TV, Koran, Majalah, Radio dan Tabloid. Media sosial
mampu menjadi penyeimbang isu negatif bagi kelompok atau topik
perbincangan yang santer di media konvensional. Mengutip pernyataan Guru
Besar Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Atma Jayakarta, Alois A
Nugroho yang dimuat di Harian Kompas 7 Februari 2013, di halaman dua,
mengungkapkan bahwa untuk mengimbangi tirani informasi yang muncul
menjelang dan selama pelaksanaan pemilu 2014, masyarakat diminta
menggunakan media sosial sebagai alat penyebaran informasi pembanding.
“Bisa dikatakan informasi di media sosial
bisa dipakai untuk mengimbangi pemberitaan media massa.” Kata Alois. Dia
menambahkan, komunikasi lewat media sosial juga bisa menghimpun gerakan
civil society dalam isu tertentu.
“Tapi harus diingat, gerakan melalui media sosial hanya bisa efektif jika diikuti dengan gerakan offline.” Ungkapnya.
Semua parpol perlu melihat fenomena sosial
yang ada di media sosial untuk berkaca diri dan mengatur strategi, Tak
semua kejadian buruk yang menimpa parpol akan serta merta menjatuhkan
parpol itu dalam seketika. Sangat menarik untuk terus mengikuti
perkembangan parpol khususnya di media sosial. Tentunya hasil puncaknya
adalah tanggal 9 April 2014 sebagai ajang pembuktian keampuhan strategi
masing-masing parpol.
0 komentar:
Post a Comment