Ada saja berita gembira, PILKADA ULANG MALUKU UTARA PKS
MENANG!// http://t.co/2W70g2XBZq.
Tiba saatnya kita terus yakin bahwa usaha kita takkan sia2 ..Rakyat toh akan
memilih hanya 12 partai di pusat... MALUKU UTARA ini contoh...Sebab
kecurangannya sangat gila. ..Toh Alhamdulillah PKS menang.
Di atas kuasa orang dan uang, ada kuasa Tuhan. DAN DIA
TAK PERNAH TIDUR. Uang tak boleh pernah menjadi sebab semangat kita bergelora
atau memudar. PKS partai yg percaya diri. Justru PKS harus mendidik mereka yang menganggap bahwa partai harus punya konglomerat karena itu sesat. Seperti
sekarang, demokrasi politik Indonesia agak menyedihkan. Karena gagal memahami
peran uang dalam politik.
Ada kecenderungan personalisasi keuangan politik dari
hulu sampai hilir. Aturan kampanye kita di hulu sungguh memprihatinkan karena
KPU mengatur kompetisi individu yg ketat. Tapi ketika kompetisi ketat, KPU juga
melarang Caleg menerima sumbangan sehingga politik jadi masalah pribadi. Hari2
ini para Caleg yang pas2an mulai menjual hartanya atau mencari donatur gelap.
Inilah yang saya sebut sebagai personalisasi politik.
Padahal politik tak pernah boleh jadi private.
Politik pada awalnya adalah
persoalan publik. Karenanya partai politik adalah tangga menuju negara. Jika
kita tidak membersihkan politik dari soal private maka korupsi sedang
diternakkan dalam politik. Inilah akar korupsi yang tak pernah mau ditinjau
oleh hampir semua orang. Padahal bencana korupsi kita awalnya ini. Itu yang
sering saya katakan bahwa pemberantasan korupsi tak memerlukan polisi dan jaksa
tapi akal besar.
Polisi dan jaksa, KPK atau hakim tak bisa berantas
korupsi yang bisa adalah para pemikir sistem. Tahukah anda kenapa banyak
pejabat terjebak melakukan fund rising? Pertama2 kembali modal. Personalisasi
pembiayaan korupsi adalah alasan utama para pejabat ingin kembalikan modal
kampanye. Solusi masalah ini sdh jelas...hanya kita gak mau mengambilnya
sebagai solusi.
Tepatnya kalau PKS menang, solusi akan diterapkan
secara komprehensif. Tentu banyak perangkat yang harus dibangun dalam menjaring
korupsi dalam sistem. Tunggu tgl mainnya. Tapi yang mencemaskan adalah
kecenderungan parpol dibiayai oleh satu orang/konglomerat. Bahkan ada
konglomerat mendirikan partai dengan membayar Caleg nya. ..Seperti beternak
burung perkutut.
Repot nya oleh publik dianggap itu yang benar bahkan
heroism. ..padahal itu kesesatan yang nyata. Sekarang coba urut...nama2 partai
maka pasti ada konglomerat atau raja media di belakangnya. Dan kehadiran
konglomerat dianggap solusi atas sulitnya parpol mencari sumber pembiayaan. Dalam
diskusi tentang pembiayaan saksi juga demikian...dengan gagahnya partai konglomerat
ini menyalahkan. Mereka bilang "gak usah bikin partai kalau gak sanggup
biaya saksi", ini sesatnya luar biasa.
Personalisasi dan kesesatan publik inilah yang menjadi
akar suburnya masalah etika di Indonesia. Mulai di hulu politik hingga di
hilir. ..sejak dipilih sampai akhirnya mengelola kekuasaannya. Orang2 kita
tidak percaya sistem dan lebih senang show sendiri daripada menegakkan wibawa
sistem dan institusi.
Jadi akar korupsi politik adalah personalisasi. Maka
rahasia inilah yg dipecahkan oleh semua negara. Maka kalau kita survey 10
negara terbaik Index Persepsi Korupsinya, soal uang politik inilah kuncinya. Siapa
yang berani mengatur keuangan politik secara tuntas maka korupsi hilang.
Kalau PKS jadi presiden, maka Paket Keuangan Politik
akan di-perpu pada 100 hari pertama. Kalau hanya menang di DPR maka kita bisa
punya voting lebih besar untuk memaksakan agenda ini. Intinya pemberantasan
korupsi sederhana. ..asal ada keberanian mengatur secara tuntas...lubangnya
tutup! Sekarang ini kayak kapal bocor...kita sibuk buang air yg masuk kapal
tapi bocor tak pernah ditutup.. Malah ada kecenderungan bocor ditambah banyak
supaya kelihatan makin "sibuk" membuang air yg masuk kapal. Mari kita
akhiri kegilaan ini di pemilu 9 April 2014 nanti.
Sumber : http://chirpstory.com/li/186069
0 komentar:
Post a Comment