Air mata saya nyaris menetes saat
Goval, ST berhasil mengucapkan lafaz ijab kabul pada acara pernikahannya dengan
Febrianti, AMD di Lubuk Kilangan pekan lalu. Puluhan sanak- keluarga dan
undangan yang hadir saat itu juga demikian, mata mereka terlihat berkaca-kaca.
Kata-kata terakhir yang diucapkan Goval langsung disambut dengan ucapan
“sah..!” oleh hadirin dan ditimpali dengan tepuk tangan dalam suasana gembira
bercampur haru.
Pernikahan pasangan ini memang
sangat istimewa. Mempelai pria, Goval, ST, lulusan Fakultas Teknik Unand
adalah tuna rungu dan tuna wicara, begitu juga pengantin wanita Febrianti, AMD,
lulusan jurusan Tata Busana Universitas Negeri Padang (UNP). Mereka sama-sama
tuna rungu dan tuna wicara. Saya menghadiri acara tersebut sebagai saksi.
Awalnya tak ada yang terlihat
istimewa. Mempelai pria nampak normal bahkan bisa dikategorikan tampan,
berkulit putih dan kalem. Begitu juga mempelai wanita, terlihat cantik dan
anggun. Keduanya dibalut pakaian putih-putih plus beberapa pernik assesories.
Meski simpel, namun terlihat pas dan serasi sekali dengan wajah dan postur
tubuh mereka. Konon busana keduanya Febrianti sendiri yang merancang dan
menjahitnya. Tak percuma ia menekuni jurusan tata busana dan memperoleh indeks
prestasi komulatif (IPK) 3,5 di UNP.
Meski hanya terdiri dari beberapa
penggal kalimat, namun sangat sulit bagi Goval untuk melafazkan kata-kata ijab
kabul yang sakral di hari yang bersejarah tersebut. Dengan bersusah payah ia
mencoba mengeja kata-kata tersebut. Meski terdengar sengau dan tidak jelas,
tidak seperti orang normal berbicara, namun ucapan Goval bisa dipahami. Saksi
dan hadirin lalu memvonis ucapan Goval dengan kata “sah!. Alhamdulillah,
akhirnya selesailah prosesi pernikahan yang istimewa tersebut.
Goval dan Febrianti sudah saling
mengenal sejak duduk di bangku Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun
keduanya terpisah setelah memasuki jenjang pendidikan sekolah menengah kejuruan
(SMK). Namun sejak awal keduanya telah menunjukkan prestasi di sekolah masing-masing,
meski mereka memiliki keterbatasan, yaitu tuna rungu dan tuna wicara. Mereka
juga memperlihatkan kemauan dan semangat juang serta keseriusan yang tinggi
untuk melanjutkan pendidikan.
Berhasil menyelesaikan studi mereka
di tingkat SLTA dengan nilai memuaskan, Goval melanjutkan studi di Fakultas
Teknik Unand, sedangkan Febrianti melanjutkan studi di Jurusan Tata Busana UNP.
Kerja keras dan kegigihan mereka kembali berbuah manis. Pendidikan di tingkat
perguruan tinggi pun akhirnya bisa mereka selesaikan, Goval berhak menyandang
gelar ST dan Febrianti berhak menyandang gelar AMD.
Mungkin itulah yang dinamakan jodoh.
Goval dan Febrianti menemukan jodoh yang serasi dan terbaik untuk mereka, yang
lelaki tampan, wanitanya cantik. Mereka sama-sama pintar dan pekerja keras,
sekaligus mereka sama-sama memiliki kelemahan dan kekurangan. Subhanallah,
hanya Allah yang tahu hikmah dan rahasia di balik peristiwa ini.
Allah menciptakan manusia
berpasang-pasangan, setiap manusia memiliki jodohnya masing-masing. Seseorang
biasanya memiliki jodoh yang serasi untuknya. Seorang pangeran biasanya
berjodoh dengan seorang putri , bangsawan berjodoh dengan bangsawan, pegawai
dengan pegawai, pemulung dengan pemulung, pengemis dengan pengemis dan
seterusnya. Tapi suatu saat bisa juga terjadi diluar pakem (kebiasaan) di atas.
Kiita tidak tahu skrenario dan hikmah apa yang sedang dijalankan Tuhan di balik
peristiwa itu.
Namun yang pasti tentu kita harus
meneliti terlebih dulu calon istri atau suami, apakah dia memang cocok untuk
kita dan apakah ia memang jodoh yang cocok untuk kita. Jika sudah diputuskan,
maka terimalah dia apa adanya. Di luar sana memang banyak lelaki yang tampan
atau wanita yang cantik, tetapi jika bukan jodoh kita, apa mau dikata? Tidak
ada manusia yang sempurna, masing-masing punya kelemahan dan kekurangan,
masing-masing juga memiliki kelebihan dan keistimewaan. Jika sudah menjadi
suami dan istri kita, maka terima dan pahami kekurangan dan kelemahannya
tersebut, hargai semua kelebihan yang ia miliki.
Saat dinikahi mungkin dia cantik,
langsing dan terlihat segar. Namun setelah beberapa tahun menikah dan punya
anak, istri mulai terlihat tak cantik lagi. Tubuhnya mulai tambun, wajahnya
mulai keriput dan kurang menarik. Bagaimanapun ia tetap istri kita, pilihan dan
jodoh kita yang harus kita terima apa adanya. Mungkin dia tak pandai berdandan
misalnya, tetapi ia pintar memasak, pandai mengurus rumah tangga. Hargai
kelebihannya tersebut, maklumi dan terima apa adanya semua kelemahannya.
Jika kita selalu bersyukur, saling
menghargai dalam rumah tangga, insya Allah akan tercipta keluarga yang sakinah,
mawadah wa rahmah. Pengamalan Goval dan Febrianti juga membuktikan, jika mau
bekerja keras dan bersungguh-sungguh, insya Allah semua yang diinginkan bisa
tercapai dan sukses, meski memiliki keterbatasan sekalipun. Allah akan
memberikan jodoh yang terbaik bagi orang yang terbaik pula. Insya Allah. ***
Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Gubernur Sumbar
0 komentar:
Post a Comment